Advertise

Selasa, 04 Juni 2013

SEMANTIK BAHASA INDONESIA

0 komentar
BAB VI RELASI MAKNA A. Sinonimi Secara etimologis, sinonimi berasal dari Yunani, yaitu onama yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Berdasarkan asal-usul kata itu, sinonimi diartikan nama yang berbeda tetapi mengacu pada objek atau konsep yang sama. Contoh, ibu, emak, mama adalah mengacu kepada objek atau konsep yang sama, yaitu ‘orang tua perempuan’. Meskipun makna satuan bahasa yang bersinonim itu umumnya sama, bentuk-bentuk yang bersinonim itu tetap memiliki nuansa perbedaan. Yang dimaksud nuansa perbedaan adalah perbedaan yang halus atau perbedaan yang tipis. Ullman (1985: 189) menyatakan secara tegas bahwa tidak ada satuan bahasa yang bersinonim secara mutlak. Kenyataan itu sesuai dengan prinsip semantik, yaitu bentuk yang berbeda mempunyai makna yang berbeda. Sinonim tidak mutlak dapat dilihat pada contoh-contoh berikut ini. Contoh, meninggal dan mati bersinonim, tetapi ternyata tidak bersinonim di semua konteks. Dalam kalimat juru kunci makam itu sudah meninggal dan juru kunci makam itusudah mati kata meninggal dan kata mati dapat saling menggantikan sehingga bersinonim. Sebaliknya, dalam konteks kalimat pohon mangga saya sudah ..... kata meninggal dan mati tidak dapat saling menggantikan. Kalimat pohon mangga saya sudah mati bisa diterima. Sebaliknya, kalimat poho mangga sudah meninggal tidak dapat diterima. B. Homonimi Secara etimologis, homonimi berasal dari bahasa Yunani, yaitu homo yang berarti ‘sama’ dan onoma yang berarti ‘nama’. Berdasarkan etimologinya, homonimi dapat diartikan sebagai nama atau bentuk yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Contoh, kata bisa dapat bermakna ‘dapat’ dan bermakna ‘racun’. Kata bisa itu bermakna ‘dapat atau bermakna ‘racun’ dapat diketahui secara pasti setelah kata bisa itu diletakkan dalam konteks kalimat. Dalam kalimat Semua mahasiswa bisaˡ menjawab pertanyaan secara tepat, kata bisa bermakna ‘dapat’ Dalam kalimat bisa² ular itu sudah menyebar ke seluruh tubuh, kata bisa² bermakna ‘racun’. Kata bisa² yang bermakna ‘dapat’ adalah berkategori adverbia. Kata bisa² yang bermakna ‘racun’ berkategori nomina. Berdasarkan data di atas kata-kata yang berhomonim merupakan kata-kata yang berbeda. C. Homofoni Homofoni adalah bentuk hubungan satuan bahasa yang pelafalannya (bunyinya) sama, tetapi penulisannya berbeda dan maknanya pun berbeda. Satuan bahasa yang mempunyai hubungan homofoni disebut homofon. Contoh bank dengan bang, sanksi dengan sangsi mempunyai hubungan homofoni. Kata bank dengan ejaan b-a-n-k dilafalkan [baη] dengan makna ‘tempat menabung dan meminjam uang’. Kata bang dengan ejaan b-a-n-g juga dilafalkan [baη] dengan makna ‘kakak laki-laki. Kata bank dan bang merupakan kata yang berbeda yang mempunyai hubungan homofoni. Perbedaan homonimi dan homofoni adalah kata-kata yang mempunyai hubungan homonimi ejaan sama dan pelafalannya (bunyinya) pun sama. Contoh bisaˡ ejaannya b-i-s-a dilafalkan [bisa]; bisa² ejaan b-i-s-a yang juga dilafalkan [bisa]. sebaliknya kat-kata yang mempunyai hubungan homofoni ejaannya berbeda, tetapi dilafalkan sama. Contoh sanksiˡ ejaannya s-a-n-k-s-i dilafalkan [saηsi]; kata sangsi ejaannya s-a-n-g-s-i juga dilafalkan [saηsi]. Persamaan antara homonimi dan homofoni adalah setiap kata yang mempunyai hubungan homonimi maupun homofoni mempunyai makna yang berbeda sehingga setiap anggota homonimi maupun homofini merupakan kata yang berbeda. D. Homografi Homografi adalah hubungan antara dua satuan bahasa atau lebih yang tulisannya sama, tetapi dilafalkan berbeda dan maknanya pun berbeda. Satuan bahasa yang mempunyai hubungan homografi disebut homograf. Contoh terasˡ dengan teras²; apelˡ dan apel²; mentalˡ dengan mental² merupakan satuan bahasa yang mempunyai hubungan homografi.kata terasˡ ditulis dengan huruf t-e-r-a-s yang dilafalkan [təras] dengan makna ‘inti atau tinggi’ seperti dalam kalimat sejumlah pejabat teras [təras] berkunjung di kota kami. Kata teras² ditulis dengan huruf t-e-r-a-s yang dilafalkan [teras] yang mempunyai makna ‘bagian bidang rumah di bagian luar yang tak berdinding yang biasanya untuk duduk-duduk’ seperti dalam kalimat aji dan arif sedang berada di teras [teras]. Kata terasˡ (adjektiva) yang bermakna ‘inti’ dan teras² (nomina) yang bermakna ‘bidang lantai rumah bagian luar, terbuka yang biasa untuk duduk-duduk’ merupakan kata yang berbeda. Perbedaan homografi dengan homonimi adalah kata-kata yang mempunyai hubungan homografi ditulis dengan huruf yang sama, tetapi dilafalkan secara berbeda. Sebaliknya, kata-kata yang berhomonimi adalah kata-kata itu ditulis dengan huruf yang sama dan dilafalkan sama. Persamaan homografi dan homonimi adalah setiap kata-kata yang tergabung dalam kedua hubungan itu mempunyai makna yang berbeda sehingga merupakan kata yang berbeda. Perbedaan antara homografi dan homofoni adalah kata-kata yang berhomografi ditulis dengan ejaan yang sama, tetapi dilafalkan secara berbeda. Sebaliknya, kata-kata yang tergabung dalam homofoni adalah kata-kata itu ditulis dengan huruf yang berbeda,tetapi dilafalkan sama. Persamaan antara homografi dan homofoni adalah setiap kata-kata yang mempunyai hubungan baik homografi maupun homofoni mempunyai makna yang berbedasehingga kata-kata itu merupakan kata yang berbeda. E. Oposisi dan Antonimi Secara paradikmatik, makna satuan bahasayang satu dengan yang lain dapat membentuk hubungan pertentangan makna atau kebalikan makna. Lyons (1997: 279) membedakan hubungan pertentangan makna menjadi dua yaitu oposisi dan antonomo. Oposisi adalah hubungan pertentangan makna antara satuan bahasa yang satu dengan yang lain yang tidak diikuti oleh perbedaan tingkat (gradasi). Lyons menyamakan oposisi ini dengan contradictories. Sebaliknya, antonimi adalah hubungan pertentangan makna atau kebalikan makna kata yang satu dengan makna kata yang lain yang mengandung perbedaan tingkat. Kata ayah dengan ibu, hidup dengan mati, penjual dan pembeli, mempunyai hubugan oposisi karena kata-kata yang berpasangan itu mempunyai makna yang bertentangan atau berlawanan dan pertentangan atau perlawanan itu tidak mengandung gradasi. Contoh kata ayah ‘orang tua laki-laki’ berlawanan makna dengan kata ibu yang bermakna ‘orang tua perempuan’. Perlawana makna antara kata ayah dan ibu itu tidak mengandung gradasi atau peringkat,yang terbukti tidak lazim orang menyebut agak ayah atau agak ibu. Kata ayah dan ibu berlawanan makna secara mutlak sehingga bersifat komplementer atau saling melengkapi. F. Hiponimi Hiponimi berasal dari bahasa Yunani, yaituhypo yang berarti ‘dibawah’ dan onoma yang berarti ‘nama’. Secara etimologis, hiponimi dapat didefinisikan nama-nama yang berada dibawah nama tertentu. Kridalaksana (1993: 74) menjelaskan bahwa hiponimi adalah hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik atau antara anggota taksonomi dan makna taksonomi, misalnya antara kucing, anjing, dan kambing disebut hiponim dari hewan; leksem hewan disebut disebut superordinat dari kucing, anjing, dan kambing. Kucing, anjing, dan kambing disebut kohiponim (sesama anggota hiponim dari nama atau kata tertentu). G. Meronimi Cruse (1986: 157 – 163) menjelaskan bahwa meronimi adalah hubungan butir leksikal yang satu dengan butir leksikal yang laindengan bentuk hubungan pokok dan bagian-bagiannya. Perbedaan dan persamaan antara hiponimi dan meronimi adalah sebagai berikut ini. Meronimi merupakan hubungan kata umum - - khusus yang didasarkan pada hubungan pokok (keseluruhan) dengan bagian-bagiannya. Analisis hubungan meronimi menghasilkan suatu meronim yang merupakan nama-nama bagian dari keseluruhan bendaatau wujud tertentu. Sebaliknya, hiponimi adalah hubungan kata umum dan kata khusus berdasarkan hubungan atasan dan bawahannya. Hasil akhir analisis hiponimi adalah sejumlah hiponim yang berupa nama-nama suatu benda yang merupakan bawahan dari kata atau nama tertentu. Persamaan meronimi dan hiponimi adalah keduanya membentuk hubungan umum-khusus. Baik meronimi maupun hiponimi bermanfaat untuk menginfentarisasi berbagai leksem untuk entri suatu kamus. Hiponimi dan meronimi ini efektif untuk membentuk kamus rumpun atau kamus kelompok. Bagi siswa dan guru, konsep meronimi ini dapat digunakan sebagai cara untuk mengembangkan kosakata. Bagi pemakai bahasa secara umum, konsep meronimi dapat digunakan sebagai cara untuk memperluas kosakata dan memperdalam pemahaman tentang makna kata. Di samping itu, meronimi bermanfaat untuk melatih pemakai bahasa untuk melakukan penalaran dan klasifikasi secara tertib dan teliti. H. Polisemi Polisemi adalah kajian sebuah leksem atau sebuah satuan leksikal yang mempunyai makna lebih dari satu. Leksem atau satuan leksikal yang berpolisemi masih merupakan kata yang sama. Dengan kata laian, leksem-leksem yang berpolisemi itu mempunyai komponen makna dasar atau makna umum ang sama. Contoh, leksem kepala mempunyai komponen makna (+) mengendalikan, (+) terletak di atas/di depan, (+) manusia/hewan. Perbedaan dan persamaan antara polisemi dan homonimi adalah sebagai berikut ini. Satuan leksikal yang berpolisemi maknanya masih sesua atau tidak bergeser dari makna dasarnya sehingga satuan leksikal yang berpolisemi merupakan leksem atau kata yang sama. Sebaliknya, satuan leksikal yang berhomonii maknanya berbeda sehingga satuan leksikal yang berhomonimi itu merupakan leksem atau kata yang berbeda. Persamaan antara polisemi dan homonimi adalah satuan leksikal baik yang berpolisemi maupun berhomonimi mempunyai bentuk yang sama, baik ejaan maupun pelafalannya. BAB VII KEAMBIGUITASAN DAN KERANCUAN MAKNA A. Keambiguitasan makna Keambiguitasan atau ketaksaan makna adalah kegandaan makna satuan bahasa yang disebabkan oleh struktur gramatikal satuan bahasa itu sehingga memungkinkan penafsiran ganda bagi pendengar atau penyimak (Kemson, 1995: 107 – 110). Contoh kalimat dukun melahirkan di tengah jalan adalah ambigu karena kalimat itu mengandung penafsiran ganda. Pertama kalimat dukun melahirkan di tengah jalan dapat ditafsirkan ‘orang yang mempunyai profesi sebagai dukunkhusu menangani orang melahirkan sedang beada di jalan. Kedua, kalimat dukun melahirkan di jalan dapat ditafsirkan ‘dukun sedang

Leave a Reply

 
Bahasa dan Sastra Indonesia © 2014 | Designed By Blogger Templates